Foto bersama usai praktik studi lapanagan |
Tak ada akar rotanpun
jadi* itulah pribahasa lama yang sering kita dengar manakala yang menjadi
kebutuhan utama tidak lagi menjadi kenyataan. Kiranya itulah yang dialami oleh
SMKN Wae Ri’i saat ini, disamping lokasinya berada di daerah 3T pada saat
bersamaan pula sekolah tersebut mengalami banyak keterbatasan seperti sarana
dan prasarana sebagai penunjang kegiatan proses belajar mengajar. Lebih khusus
lagi beberapa mata pelajaran yang membutuhkan siswa praktik secara lansung
seperti mata pelajaran Fisika, IPA dan pelajaran lainnya. Semuanya itu bukanlah
menjadi sebuah problem tersendiri sebetulnya, akan tetapi kekreatifan seorang
guru disini sangatlah diharapkan untuk meminimalisir berbagai keterbatasan tersebut.
Kiranya itulah yang dialami oleh seorang
pendidik muda indonesia yang membawa misi Maju Bersama Mencerdaskan
Indonesia yang biasa disebut guru SM-3T,
sebut saja Mansur Amriatul namanya, dia
adalah seorang guru mata pelajaran fisika disalah satu sekolah kejuruan negeri
di kabupaten Manggarai - NTT, dengan berbagai keterbatasan fasilitas atau media
pembelajaran yang ada disekolah seperti laboratorium beliau tetap semangat
untuk mengabdikan dirinya untuk nusa dan bangsa dengan segala potensi dan pengetahuan
yang dimilikinya.
Dipandu tutor dari BMKG siswa Praktik SL |
Dibagian terakhir
seusai siswa melakukan praktik studi lapangan bapak Marsianus Y.R. Milla selaku
kepala BMKG Ruteng ditemui diruangan kerjanya sangat berterima kasih atas
kepercayaannya untuk memilih lembaga yang dipimpinnya sebagai lokasi praktek
studi lapangan kali ini, dan kegiatan kunjungan seperti ini merupakan hal yang kedua kalinya setelah
salah satu SMAN yang ada di kota Ruteng dan
pada praktik mata pelajaran yang sama yaitu fisika pada tahun 2007 yang lalu. Dan
beliau juga sangat mengharapkan pula kegiatan semacam ini akan berkesinambungan
bukan hanya sampai disini dan sekolah-sekolah yang lain juga bisa menyusul
dengan kegiatan yang sama. Sebagai sekolah kejuruan yang fokus dibidang
pertanian lanjutnya sangat erat kaitannya dengan kerja-kerja yang ada di BMKG
yaitu menganalisis sedini mungkin terkait cuaca (klimatologi) dan iklim (meteorologi)
berbasis statistik. Analisis-analisis seperti itu sangat dibutuhkan didunia
pertanian, untuk penyesuain dalam melakukan kerja-kerja pertanian seperti
bercocok tanam dan usaha pertanian yang lainnya. Sehingga dengan belajar lebih
awal seperti ini, siswa diharapkan bisa mengetahui predeksi atau perkiraan klimatologi dan meteorologi
yang akan datang yang lebih tepat dan akurat untuk melakukan usaha-usaha
pertanian, tentunya melalui hasil pengolahan data yang bersumber dari BMKG,
bukan lagi bersumber dari kebiasaan-kebiasaan petani sebelumnya yang cendrung
prediksinya tidak tepat karena perubahan cuaca dan iklim akhir-akhir ini karena
terjadinya pemanasan global (global
warming). Sehingga kedepannya kita tidak dengar lagi berita petani gagal
panen karena kekurangan air, hama atau persoalan yang lainnya terkait dengan usaha-usaha
pertanian. Dengan belajar seperti ini ketika siswa-siswa bekerja pada dunia
nyata nantinya mereka sudah mempersiapkan dan mengantisipasi dari awal sebelum melakukan usaha-usaha
pertanian baik dari proses memilih benih yang baik maupun musim yang tepat
untuk bercocok tanam sudah tepat. Sehingga yang akan datang kwantitas hasil
pertanian bertambah dan bertambah kemudian dibarengi dengan kwalitas prodak
yang dihasilkannya.*